The coolest video I've seen in a while. This is real physics simulation, not a mere animation, because it actually solves the null geodesic Schwarzchild metric using RK4 algorithm.

It's like standing on a gold mine with a shovel, then decide to sell the shovel. Mind you, it's a very expensive shovel. But if it's truly a gold mine the ground he's standing on, he'd better off digging it himself.

Generate videos in just a few seconds. Try Grok Imagine, free for a limited time.

Wew. age verification pakai AI. Usia ditebak langsung dari foto selfie oleh @grok tanpa harus upload dokumen identitas resmi dari pemerintah (KTP, passport, SIM, dsb). Better personal data security.

Rekreasi weekend sangat intense sampai2 Senin jadi gak semangat kerja. Hari ini kita standby bales2in Slack aja lah, kalau ada 😅 Gak usah ngoding sama sekali. Untung gak banyak meeting jg.

Those were real punches! Damn, action acting is difficult both on the receiving end (can literally get punched) and the throwing end (can't pull back).

Dan gak nyangka di kota kecil ini ada masjid yg gede dan bagus. Bisa sekalian bilas & ganti baju habis main di pantai.

1.5 jam ke timur dari London ternyata ada Uluwatu

Damn. I know someone at work who quit data scientist role to be a dog walker 🤯.

The thing is, gw tau orangnya in real life dan gw tau ceritanya gmn caranya dia bisa pindah ke Jepang 😅.

Timeline Threads gw lagi ramai seorang diaspora Jepang dihujat netizen gara2 ngepromote #kaburajadulu ke Jepang tanpa pekerjaan. Jadi dateng dulu, baru cari kerja di sana. Dihujat karena dia gak pernah kasih tau teknis caranya gmn, hanya kata2 motivasi "semua pasti bisa!".

Kok bisa typo jadi 4/10 dah 😵‍💫

Ya mungkin ini lah return dari bayar Council Tax Rp4jt/bulan ya 🫠.

Salah satu enaknya London adl banyaknya public spots & activities yg gratis tapi very well-organised. Contohnya di bawah ini, gak cuma disediain space tapi jg kursi, meja, parasol, sandpit buat anak main, changing room, toilet. Makan siang bawa bekel, santai 2-3 jam, all cost £0.

Need to switch to GPT 5 Thinking to answer this simple problem correctly, after GPT 5 answered wrong.

Memodelkan data dgn framework Frequentist mengedepankan objektivitas tanpa membuka ruang pada subjektivitas. Tipikal anak STEM, saklek, gak touch grass. Analisis data dgn framework Bayesian membuka ruang kalau mau memasukkan subjektivitas. Lebih touch grass.

Ketika disuguhkan fakta yg bertentangan sekalipun, belum tentu opini awal tadi berubah total. Subjektivisme dan kecenderungan untuk tetap mempercayai sebagian opini awal kita, biasanya akan tetap ada. Contoh: Kita gak percaya ketika BPS bilang pertumbuhan ekonomi Indonesia 5.12%.

Dari sini keliatan Bayesian agak counterintuitive. Semua yg ngerjain soal di atas pasti mengerjakannya dengan cara Frequentist. Padahal behavior manusia itu cenderung Bayesian. Setiap manusia punya prior belief/opini/bias yg terbentuk duluan, regardless data/fakta yg disajikan.

Nah, Bayes factor > 1 artinya tebakan awal tadi lumayan sesuai dengan fakta. Jadi tebakan awal {2,3,5} itu dianggap "cukup bagus" oleh Bayesian walaupun ada fakta "the results is an odd number". Pada Frequentist, {2} gak boleh ada di situ dari awal karena bilangan genap.

Prior belief kita kemudian di-update dgn cara mengalikannya dengan Bayes factor ini, disebut posterior. Posterior = [Prior x Bayes Factor] = 1/2 x 4/3 = 2/3. Jawaban yg sama dengan Frequentist, tapi lebih bertele2 😆.

Ketika disuguhkan fakta bahwa "the result is an odd number", ini digunakan untuk menguji prior belief dgn bertanya, "Seberapa sesuai tebakan awal kita tadi dengan fakta ini?". Jawaban dari pertanyaan ini disebut Bayes factor.