kalo tempo faking ya udh dihajar dewan pers bang.

Almarhum Gustiwiw.

Once again gw minta maaf kalau memang tulisan yang awalnya gw harapkan untuk memancing diskursus, tapi malah memantik permasalahan dan ketersinggungan bagi pihak2 lain. Gw minta maaf untuk seluruh rakyat Indonesia yang tersinggung dengan tulisan gw 🙏.

Ga maksud apa-apa, cuman rasanya gw kurang suka aja kalau terkesan anti pemerataan dan anti daerah. Gw jg mau seluruh daerah mendapatkan pendidikan yg layak ga cuman dari sekadar pemerataan, tapi juga dari dibangunnya sistem dan infrastruktur yang inklusif bagi warga Indonesia 🙏.

Anw sorry kalau emang tulisan ini terilhat Jakarta sentris dan memantik perselisihan. Nyatanya gw gapernah bertujuan seperti itu. Kalau mau pandangan gw terkait pentingnya melihat pendidikan ke seluruh penjuru (pemerataan), temen2 bisa baca ini. Thanks 🙏.

Oh ya disclaimer, alhamdulillah gw udh dapet kampus, dan gw nulis ini bukan karena salty, tp emang karena ada yg pengen disuarakan aja. Feel free juga untuk didebat.

Ya itu aja sih, selamat buat teman-teman yang kemarin dapet ppkb dan tetap semangat buat teman2 yg masih mengejar mimpi, semoga dipermudah.

Alangkah baiknya jika pemerataan penerimaan mahasiswa dibersamai dengan pemerataan fasilitas pendidikan oleh pemerintah. Permasalahan yg di dunia pendidikan sudah terlalu banyak. Pemerintah mengadopsi sistem2 di negara maju sampai lupa dengan fakta lapangan di negeri ini.

Pada akhirnya, satu-satunya yang bisa disalahkan hanyalah pemerintah karena permasalah kek gini tuh kalau mau dijabarin lebih jauh yaaa…. Ini tuh struktural. Pemerintah seharusnya bisa meregulasi penerimaan mahasiswa secara lebih jelas dan konkret.

Ini beneran bahaya banget karena objektivitasnya patut dipertanyakan. Malahan jalur2 kea gini bisa banget jadi ladang “adu harta dan kuasa”. Gw ga menuduh, tapi kita sebagai rakyat sipil patut skeptis sama hal ini.

Oh ya, satu lagi, sebenernya gw juga orang yang kurang setuju sama penerimaan2 mahasiswa via jalur yang ga transaparan kayak gini - salah satunya juga SNBP.

Sekolah2 NEGERI yang TOP juga sekarang - secara finansial - udah ga homogen. Banyak dari mereka yang berasal dari kalangan pra-sejahtera TAPI tetap berprestasi. Gw ngomong gini karena gw menyaksikan sendiri di sekolah gw. Dan sekali lagi, ini adalah hal yang patut disayangkan.

Jakarta yang katanya kota metropolitan juga banyak masyarakatnya yang hidup kekurangan, banyak dari mereka yang punya harapan untuk mengubah nasib mereka. Tapi apa boleh buat kalau memang perspektif tentang Jakarta sudah terlalu mewah.

Gw mendukung kuat program untuk mahasisiswa di daerah 3T, tapi tidak dengan pemerataan yg membabi buta. Disini gw ga maksudkan bahwa menerima mahasiswa dari daerah 3T adalah membabi buta. Tapi maksud gw disini lebih ke kampus2 di Indonesia yang saat ini zonasinya lumayan over.

Menimbang banyaknya siswa di Jakarta yang ingin berkuliah, agaknya sulit juga kalau diberlakukan zonasi di kampus.

Secara teknis, PTN di Jakarta ga sebanyak di daerah2 lain di jawa, mungkin cuman UPN, UNJ, dan beberapa politkenik - dari kejadian PPKB sih keknya UI lebih kuat ke depok + UIN Jakarta tuh masuknya tangsel.

Tahun ini, pemerataan ga hanya terjadi di Jakarta - ga juga bermula dari PPKB. Kalau kita lihat dari SNBP, saat ini banyak PTN yg mengutamakan anak2 dari daerah sekitar PTN tersebut ketimbang dari luar daerah. Dan ini mungkin dapat menimbulkan masalah buat teman-teman di Jakarta.

Artinya, gaada salahnya dong kalau memang UI mau ngambil siswa dari mana aja, kan ga harus dari sekolah2 di Jakarta? Menurut gw, ini adalah statement yang sangat amat tepat secara fundamental, tapi MUNGKIN perlu dikaji dan diperdalam lagi secara teknis, kenapa?.

Nah, kita bisa tarik lebih dalam lagi kalau emang PPKB tuh punya good will untuk menyamaratakan kesempatan belajar bagi seluruh siswa di Indonesia.

Gw bakalan start tulisan ini tuh dari PPKB itu sendiri. Secara sederhana PPKB (Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar) itu kan program “undangan” yang dikasih UI bagi siswa yang masih belum mendapatkan perguruan tinggi.