Udah terang-terangan ya ini DJP 😪 bukan cuma warga kita aja lho, PMA/MNC juga mendapat perlakuan serupa. Lalu ketika ditulis di Barrier Trade Report, pada tantrum sok nasionalis dan caci maki massal ke negara lain.

Gak sabar banget ya buat chaos. Sekalinya kerja sesuai tupoksi, lha kok malah mo perang. Gegara seorang content creator anak orang kaya. Archduke Franz Ferdinand nangis di alam baka. Mbok ya operasi militer tuh bebasin korban human trafficking dan human organs harvesting kek.

What a country we live in. Kemenhan menjamin agar pelaku perusakan massal rumah/villa serta persekusi thd anak-anak di Sukabumi tidak ditahan. Lalu DPR mo minta operasi militer dan atau perang ke Myanmar, untuk pembebasan seorang influencer anak orang kaya yg memang salah.

Anyway, irl lifeguards banyak stanby di Bondi beach dgn segala prasarananya. Padahal gak perlu bayar masuk Bondi, tapi mitigasi tetap utama karena jelas ada safety risk di situ. Nah apalagi mount tourism yg jelas berisiko berbayar mahal pula. Mana safety precautionsnya?.

Lifeguard harus berenang manual, sehingga perlu waktu lama mencari dan akhirnya korban tenggelam. Untuk evakuasi jenazah juga sulit. Membahayakan pula bagi lifeguards. Dari sini kita bisa lihat kan, ofc effort lifeguard sangat luar biasa berenang manual. Tapi apakah itu tepat?.

Analoginya: .Bagaikan terseret dan terancam tenggelam di Bondi beach, tapi gak ada lifeguard yg standy. SAR harus turun dari downtown Sidney. Perlu waktu. Lalu ketika sampai pun gak ada speed boat, gak ada jet ski, gak ada drone, gak ada tech apapun dengan alasan alam & cuaca.

Meski effort SDM SAR gabungan sungguh luar biasa, tetapi dari sisi mitigasi & management safety gak banget. Sehingga baru sampai 14 jam dari sejak ditemukan. Itupun korban tidak ditemani - sempat ditemani wisatawan 3-4 jam, tetapi setelah itu??. SAFETY yg diacuhkan.

Fatal berikutnya: begitu ditemukan jatuh. cara lapor kayak jaman sebelum ada peradaban. Benar-benar manual turun ke bawah. No phone call (pdhl jaman skr seharusnya ada Starlink, at least HT), dan bahkan laporan ke SAR/BASARNAS ditengarai baru diterima pukul 11. Thats 5 hours!.

Despite Indonesia bukan part of IACHR, tapi deep down inside gw berharap Brazil menuntut Indonesia. Fatal tidak siap SAR untuk high risk tourism, apalagi dipasarkan tidak disclose bahwa high risk (hingga kini website resmi TNGR masih casual, pun hanya berbahasa Indonesia).

Anyway, proposal yang diajukan Agam, Tyo, dkk much more sophisticated dan lebih "kayak film" daripada opini yg gw tulis. Karena memang begitulah SAFETY FIRST itu. In this matter, opini gw gak salah, and yet dicaci maki kata-kata kotor. Some people gak mampu memahami bahwa meski.

Lalu operator ini siapa saja? Ke mana uangnya? Seharusnya mereka juga harus diminta porsi untuk develop infra dan safety Rinjani. Bahkan, seharusnya gaji porter harus lebih tinggi lagi, masa Rp 275-300rb/hari? . Yang mau invest serius SAR dan heli. eh malah dipersulit perizinan.

jadi rebutan lahan bisnis?. Pdhl Agam, Tyo, gak pernah claimed credit untuk diri mereka sendiri, selalu sebut tim gabungan lho. Ahhhh. terlalu banyak borok di situ! Padahal turn over bisnis tourism Rinjani bisa mencapai Rp1,5-2,5M/hari yang artinya minimum Rp 500M/th.

Tapi tetap permohonan beliau adalah improvement perlengkapan SAR buat mereka serta perbaikan safety di Rinjani. Lalu issue donasi yg diperkarakan tim SAR. Kalau kita check ybs, ternyata punya operator juga untuk naik Rinjani. Pdhl kan 3D2N, apa tiap guiding dia cuti? Kok kayak.

Kalau dari podcast Pak Samsul juga jelas, ketika evakuasi Juliana, mereka berangkat dari kota makanya lama. 2 hari pake drone wisatawan (hebat ya wisatawan gak pake aneka alasan buat nerbangin drone mereka). Pak Samsul ini hebat juga tidur flying camp di malam pertama.

Bahkan bbrp kali evakuasi jenazah mereka lakukan sendiri, tetapi begitu sampai di bawah, "oknum" SAR minta uang ke keluarga korban, pdhl evakuasi dilakukan oleh volunteer tak dibayar. Makanya dia "lempar" itu jenazah depan "oknum" tim SAR.

Gw mantengin beberapa podcast yg ada Agam/Tyo/Dyson. Jelas masalah amburadul di Rinjani. Mereka harus melakukan SAR mandiri, karena yg legit gak stanby di Rinjani. Dengan biaya sendiri, effort sendiri tanpa dibayar. Despite uang masuk ke TNGR itu besar.

SAR yang seharusnya at least standby di Sembalun, pengen bikin latihan helicopter - turun pake tali kayak di film-film, drone, bikin sekretatiat lengkap dengan asset safety & SAR, serta aneka rencana/perbaikan management untuk TNGR lainnya.

Ada yang udah nonton meetingnya Raja dan Agam, Tyo, dkk?. Untung Agam gak di X fka Twitter. Bisa dicaci maki nanti. Literally he said "kayak di film-film" jelasin dia mau ada relay screen, safety equipments di shelter2 yg dibangun di banyak titik, pelatihan SAR untuk guide dan.

Oh nooooo. meski Del Monte submit chapter 11, semoga tetap beroperasi. Sardines, saus tomat dan cabe andalan. Bahkan pasta tomat satu-satunya yang cocok buat bikin sup merah.