Ada dorongan kecil di dalam dirinya untuk mencair, tetapi syukurnya profesionalitas menang, ia mampu menjaga ekspresi dan mengikuti arahan tanpa kehilangan konsentrasi. @mngyvx

Di hadapannya, Mario duduk sebagai fokus komposisi, dan Ezra harus berusaha ekstra keras agar tidak tersenyum melihat kekasihnya sendiri dalam balutan busana yang sangat memukau. —

Ia tidak tersenyum, menampilkan ekspresi stoic yang justru membuatnya terlihat semakin cool, berwibawa, dan sulit ditebak. Bibirnya tertutup rapat namun tetap alami.—

Pada gaya berikutnya, ekspresi Ezra kembali berubah kali ini wajahnya tampak sangat rileks, tanpa sedikit pun ketegangan pada otot wajahnya.—

Tatapan itu tajam, mantap dan penuh intensitas namun di balik ketajamannya terselip nuansa sendu dan ketenangan lembut, menciptakan kesan soulful yang seolah menyimpan banyak perasaan yang tak terucapkan.—

Setelah semua instruksi disampaikan dan kru mengonfirmasi kesiapan pencahayaan serta properti, sesi pertama pemotretan hari ini pun resmi dimulai. @mngyvx

Fotografer kemudian memberikan briefing singkat menjelaskan konsep, alur pose, dan dinamika yang mereka butuhkan. Ezra mendengarkan setiap detail dengan penuh perhatian, mengangguk sesekali untuk memastikan ia tidak melewatkan apa pun. —

Begitu duduk, ia tak bisa menahan diri untuk menatap sang kekasih yang berada di ujung meja, tampak begitu memukau dalam balutan pakaian yang senada dengannya hingga Ezra sempat tertegun beberapa detik.—

“Mohon bimbingannya,” ucap Ezra sopan begitu ia tiba, lalu ia mengambil tempat duduk yang telah disiapkan untuknya, tepat di seberang Mario. —

Dengan pakaian yang terpasang rapi dan langkah yang mantap, Ezra berjalan menuju area set yang telah ditata menyerupai meja makan kerajaan sebuah meja panjang lengkap dengan pernak-pernik elegan, lilin-lilin ramping, serta dekorasi yang memancarkan suasana aristokrat.—

Ia kemudian melongok ke luar ruang rias, mengintip pelan untuk memastikan apakah sudah waktunya ia memasuki set dan bersiap untuk sesi pemotretan. @mngyvx

Setelah semuanya terpasang sempurna, Ezra berdiri di depan cermin besar, memeriksa penampilannya dari berbagai sudut sampai ia merasa benar-benar siap. —

Di bagian luar, ia mengenakan jas formal berwarna hitam pekat, dengan lapel yang bertekstur berbeda mungkin satin yang memberikan kilau mewah kontras dengan keseluruhan jas. Sebuah bros emas ditempatkan di sisi dada, menambah kesan aristokrat yang menawan. —

Ia mengenakan atasan berwarna broken white dengan kerah tinggi yang jatuh lembut membentuk efek drape elegan di sekitar lehernya; materialnya tampak halus, mengilap samar, menyerupai sutra atau satin berkualitas tinggi.—

Begitu riasan selesai, Ezra segera berganti pakaian dengan setelan formal yang membuatnya tampak seperti pangeran dalam sebuah kisah dongeng. —

Menyadari apa yang sedang ditutupi, Ezra hanya bisa tersipu malu baru teringat bahwa Mario semalam meninggalkan tanda cukup jelas di sana. Untungnya, setelah beberapa sentuhan halus, kissmark itu berhasil disamarkan dengan rapi seolah tak pernah ada. —

Saat mulai mengerjakan complexion, sang makeup artist tiba-tiba terkekeh kecil sebelum meraih kuas lain dan mengarahkan riasannya ke bagian leher Ezra.—

Sesi make-up pun dimulai; untuk konsep pemotretan kali ini, juru rias melakukan riasan natural yang bertujuan memaksimalkan fitur asli wajah Ezra tanpa berlebihan.—

ia meninggalkan Mario yang masih berdiri bersama manajernya, tak lupa memberikan salam sopan kepada manajer Mario sebelum akhirnya mengikuti tim make-up menuju ruang rias. @mngyvx

Tak lama kemudian, tim make-up datang menghampiri dan memanggil Ezra untuk bersiap dirias terlebih dahulu. Ia menoleh pada Mario, tersenyum kecil sebelum berkata, “Sayang, aku makeup dulu yaa.” Dengan langkah mundur perlahan, —