ㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ. . . 𝙍𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙞𝙖𝙣 𝙊𝙥𝙚𝙧𝙖. ㅤㅤㅤㅤMatanya pancarkan raut ㅤㅤㅤㅤsendu tanpa arti, tanpa ㅤㅤㅤㅤsuara. Bagaikan sebuah ㅤㅤㅤㅤopera megah tanpa ada ㅤㅤㅤㅤsatu nyanyian pun. ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ Tengah malam kalau tiba-tiba lapar tuh aku langsung mode siaga. ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ (&). Menyala calon suamikuuu. ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ "Mamah belum puas. Kamu belum jadi anak yang Mamah impikan selama ini" Perkataan terakhir Mamah dengan nada acuh tak acuh itu membuat Gendhis menghela nafas lelah. Tanpa sadar ia kembali meremat tangan @BHYAKTAS, meminta kekuatan untuk menghadapi orang gila ini. ㅤ ㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ "Gendhis, sudah" Papah yang sedari tadi diam pun mulai angkat bicara. Suara dua perempuan itu menggema di rumah besar tersebut, sedangkan dua laki-laki di sebelah mereka hanya menjadi penonton sedari tadi. Membiarkan kedua perempuan itu meluapkan emosi. ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ Gendhis tersenyum pahit mendengar hal itu. Seharusnya ia tak perlu kecewa karena sudah tau jawaban Mamah akan seperti ini, tetapi tetap saja rasanya begitu berat. "Terus Mamah maunya apa? Mau aku balik dan jadi anak yang harus wujudin mimpi-mimpi kalian?" ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ Kebencian sekaligus obsesi yang terpancar dari mata Vivianne membuat Gendhis mengeratkan cengkraman pada bajunya, bahkan melepaskan genggaman bersama kekasihnya saat itu. "Kamu memang anak gatau diri dan Mamah gapernah setuju untuk kamu menikah" ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ "Aku bukan 𝘙𝘢𝘩𝘢𝘫𝘦𝘯𝘨 𝘎𝘦𝘯𝘥𝘩𝘪𝘴 𝘋𝘦𝘥𝘢𝘳𝘪 apalagi 𝘛𝘩𝘦𝘳𝘦𝘴𝘪𝘢 𝘙𝘦𝘯é𝘳 yang dulu selalu takut sama Mamah. Aku bukan bonekanya Mamah lagi. Aku udah dewasa dan berhak menentukan kebahagiaan untuk hidupku sendiri" ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ "Sudah aku duga kalau respon Mamah akan seburuk ini, harusnya aku ga ikutin perkataan Akung untuk datang ke rumah ini dan meminta restu. Kehadiran kami pun ga disambut dengan caci-maki Mamah yang menurutku gaada gunanya" ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ Gendhis tak percaya dengan perkataan Mamah — ibu kandungnya sendiri. Ketakutan yang melingkupi hatinya mulai tergantikan dengan rasa benci, bahkan Gendhis menatap ke arah Vivianne dengan pandangan tak terima, pasalnya disini juga ada Bhyakta. ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ "Jangan berlaku seenaknya. Semenjak kamu pulang ke Jogja, kamu makin gabisa di atur. Apalagi sekarang, beraninya kamu menginjakkan kaki di rumah untuk minta izin menikah. Harusnya kamu pulang untuk bersujud sama kami karena mengecewakan kedua orang tuamu sendiri" ㅤ ㅤ

ㅤ ㅤ "Memang siapa yang bilang kalau kamu boleh menikah? Siapa yang kasih izin kamu untuk bisa hidup dengan laki-laki yang pernah membawa kamu pergi dari les pianomu saat kecil dulu?" "Mah!" Gendhis mencoba menahan dirinya tetapi ia tak bisa. Mamah dan mulut pedasnya itu. ㅤ ㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ "Jadi aku disini ingin meminta —" "Mamah pikir, semakin kesini kamu pun semakin kurang aja" Gendhis menutup mulut saat Mamah memotong perkataannya. Dirinya sudah tau bahwa respon perempuan itu akan seburuk ini dan ia sudah menyiapkan diri sejak tadi. ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ Suasana diruang tamu itu begitu mencekam, apalagi dengan ekspresi orang tuanya yang terkejut dan tak terima. Mamah menatap ke arahnya tajam, lalu menelisik cincin yang melingkar di salah satu jemarinya — cincin yang diberikan Bhyakta untuknya. ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ "Maka dari itu hadirnya aku disini untuk memberitahu bahwa aku tak akan meninggalkan Bhyakta. Apalagi belum lama ini aku juga dilamar oleh Bhyakta dan aku pun sudah mengatakan jika aku bersedia untuk menikah dengannya" ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ Ia meremat baju yang dikenakan sambil menguatkan dirinya sendiri. "Tapi maaf, sepertinya Gendhis gabisa ikuti kemauan Papah dan Mamah. Ini hidup aku, jadi yang menentukan baik buruknya itu adalah diriku sendiri bukan kalian berdua. Apalagi aku sudah dewasa" ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ "Aku sadar kalau Papah dan Mamah masih berharap besar, apalagi setelah percakapan yang sebelumnya" Gendhis kembali mengingat obrolan mereka yang membuatnya kalut dan pergi dari Jakarta untuk pulang ke Jogja. ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ Gendhis menatap ke arah kedua orang tuanya yang menatap mereka dengan pandangan menyelidik, apalagi Mamah. Maka perlahan ia menarik nafasnya sebelum menjelaskan kedatangan mereka kesini. "Pah, Mah... Maaf kalau sekiranya aku datang kesini terlalu tiba-tiba" ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ Gendhis menarik Bhyakta untuk duduk di sofa ruang tamu karena dirinya tau bahwa orang tuanya tak mungkin mempersilahkan dengan ramah seperti itu. Lagipula tujuan mereka kesini hanya meminta restu, tak lebih dan tak kurang. ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ 𝗠𝗮𝗵𝗮𝗿𝗮𝗻𝗶. Rasanya kok warm banget ya ini layout... ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤ Mari geser posisi Bhyakta biar mba bisa ada di rank teratas! ㅤㅤ ㅤㅤ