Harapan Supriyanta sederhana namun bermakna: agar varietas ini mampu memberikan kesejahteraan lebih bagi para petani dan menjadi kontribusi nyata bagi pertanian Indonesia. “Saya sudah mewakafkan hidup saya untuk petani. Harapan saya Gamagora 7 bisa terus berkembang dan

Gamagora 7 memiliki ketahanan terhadap hama wereng batang cokelat biotipe 2 dan memiliki ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri patotipe III, penyakit blast ras 033, ras 073 dan ras 133 serta cocok ditanam pada lahan sawah maupun tadah hujan.

Dari dedikasi tersebut lahirlah Gamagora 7, salah satu inovasi unggulan Universitas Gadjah Mada yang dirancang untuk meningkatkan produktivitas serta mendukung ketahanan pangan nasional.

Ia menempuh proses riset yang panjang, baik di laboratorium maupun lapangan, namun mengakui bahwa tahapan pelepasan varietas merupakan tantangan terbesar: prosedurnya kompleks, memakan waktu, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Supriyanta memilih bidang pemuliaan tanaman dengan dorongan kuat untuk memberikan manfaat nyata kepada petani. “Bagi saya pemuliaan itu long life breeding. Jadi selama hidup, saya terus belajar dan menghasilkan varietas. Itu bukan pekerjaan sesaat, tapi perjalanan panjang,”

Seorang anak petani yang dahulu tumbuh besar di sawah, kini menjadi sosok penting di balik hadirnya Gamagora 7, varietas padi unggulan UGM yang berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. Inilah perjalanan Supriyanta, seorang breeder yang dedikasinya berakar dari pengalaman

Riset bukan sekadar angka, ada perjalanan, harapan, dan kolaborasi di dalamnya ✨. Lewat Kampanye Sains dan Teknologi “Riset Kuat, Pangan Hebat”, Resona Saintek merangkai kisah dari lahan hingga dapur yang memberi dampak nyata. Saat ilmu kembali ke akarnya, perubahan tumbuh

Tanaman porang kini jadi sorotan setelah antropolog UGM mengungkap potensinya sebagai solusi pangan alternatif di masa depan. 🌱 Tanaman yang dulu sering dianggap liar ini ternyata kaya manfaat dan mampu tumbuh di berbagai kondisi tanah Indonesia. Lebih dari sekadar bahan

Gamahumat menunjukkan bagaimana upaya Peningkatan Nilai Tambah (PNT) batubara peringkat dilakukan dengan solusi hijau lewat pendekatan ekonomi sirkular. Dengan inovasi ini, UGM membuka jalan baru yang menjembatani sektor pertambangan, pertanian, dan pemulihan lingkungan secara

Selain untuk pertanian, Gamahumat sangat potensial digunakan untuk reklamasi lahan bekas tambang berkat kemampuannya memperbaiki struktur tanah. Inovasi ini lahir melalui kolaborasi UGM dan PT Bukit Asam, yang kini memproduksi versi komersialnya dengan nama BA Grow.

Penggunaannya juga sederhana karena diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan rutin, tanpa menambah tahapan kerja petani. Hal ini membuat Gamahumat mudah diadopsi di berbagai kondisi lahan, baik oleh petani kecil maupun skala besar.

Uji lapangan di lahan karst Gunungkidul hingga tanah pasiran Sleman menunjukkan hasil positif. Pada padi dengan tanah masam, penggunaan pupuk bisa dikurangi hingga 50% tanpa menurunkan produktivitas, yang tetap stabil di kisaran 6 ton per hektar. Inovasi ini memberi dampak

Melalui proses ekstraksi kimia, senyawa humat—asam humat dan fulvat—diambil dari batubara dan diolah menjadi Gamahumat. Senyawa ini terbukti mampu memperbaiki struktur tanah, menyeimbangkan pH, serta menjaga unsur hara agar lebih mudah diserap tanaman, menjadikannya alternatif

UGM menghadirkan inovasi Gamahumat, teknologi yang mampu mengubah batubara kalori rendah menjadi pembenah tanah bernilai ekologis. Dipimpin Prof. Ferian Anggara, riset ini memanfaatkan sumber daya yang selama ini dianggap kurang bernilai dan mengubahnya menjadi solusi lingkungan

Dari tambang jadi ladang: UGM segarkan pertanian lewat inovasi hijau!🌳 Kawan UGM, pernahkah terpikir bahwa batu bara yang kerap dianggap merusak lingkungan ternyata bisa menyuburkan tanah?🤩 Inilah perjalanan Gamahumat!🌱✨

Keberhasilan Presokazi adalah hasil sinergi peneliti, petani, dan pemerintah. Riset pangan tak boleh berhenti di penemuan benih, tapi harus berlanjut hingga pengolahan dan distribusi. Presokazi membuktikan satu hal: inovasi pertanian bisa lahir dari kampus, tumbuh di sawah, dan

Andrianto Ansari, Ph.D., yang juga merupakan peneliti di Fakultas Pertanian, menjelaskan bahwa dari varietas padi Gamagora inilah kemudian dihasilkan beras Presokazi, produk olahan yang memperkuat nilai tambah riset. Presokazi memiliki tekstur pulen, rasa gurih alami, serta

Peneliti UGM Dr. Rizky Pasthika Kirana menjelaskan: riset Gamagora lahir dari kebutuhan menghasilkan benih padi tahan perubahan iklim, hama, dan keterbatasan lahan. Diuji di berbagai daerah, varietas ini bisa tumbuh di lahan basah maupun kering. Rizky menegaskan, Gamagora punya

Sekretaris UGM, Dr. Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu, menegaskan: “Kami ingin riset di kampus benar-benar hadir dan memberi manfaat bagi masyarakat.” Riset bukan untuk berhenti di jurnal, tapi untuk dijalankan bersama komunitas. Menurutnya, kolaborasi lintas pihak, inovasi

UGM kembali menunjukkan komitmennya membawa hasil riset ke masyarakat. Lewat kegiatan Rerasan Pangan di Kalurahan Caturtunggal, Sleman (8/10), UGM memperkenalkan beras Presokazi, inovasi pangan dari varietas unggul padi Gamagora. Kegiatan tersebut menjadi bagian dari kampanye