RT @barengwarga: Kawan-kawan dari KASBI diberhentikan oleh Polisi saat menuju titik lokasi aksi ‼️

Udah dibilang mau laler ijo atau wereng coklat, dua-duanya bukan temen rakyat. Jadi, gak usah silau sama gimmick-gimmick militer yang sok berpihak ke rakyat saat ada protes. Karena pada akhirnya, dua-duanya sama aja, sama-sama alat kekerasan negara.

Never forget, never forgive

Udah ada warga yang tewas dilindas Brimob dan dipukuli aparat, kampus dibombardir gas air mata, penangkapan massal terhadap warga. Dan orang ini, sekalinya muncul, cuma kasih statement kosong kayak gini?. Emang menteri paling gak guna.

Prabowo: "Kadang-kadang polisi khilaf". Polisi: Menyerang dan membombardir kampus dengan 60 selongsong gas air mata. Ini mah bukan khilaf, goblok .Ini mah percobaan pembunuhan massal.

*jelas.

RT @RohingyaRCP: PLEASE DONATE OR SHARE!. Thank you. Link:

Aparat nyerang universitas aja udah biadab, apalagi Unpas dan Unisba ini udah jelaw 𝑺𝒂𝒇𝒆 𝒛𝒐𝒏𝒆. Tebak siapa lagi genocidal maniac yang paling rajin nyerang safe zone? Fasis Zionis!. "Birds of a fascists feather flock together".

RT @RohingyaRCP: Reminder!. We're just £100 left to reach our target. If 10 people donate £10 each, we can reach the goal. 💱 Currency equi….

Gak kaget. Makanya gak pernah berhenti berisik soal isu pembatasan informasi dan jurnalis di Papua. Ingat aja, Tahun 2019 pemerintah gak segan memutus akses informasi dan internet di sana. Sekarang kita bisa melihat sendiri sebusuk apa watak asli pemerintah.

The audacity bilang aparat membela rakyat, sementara warganya tewas digilas rantis Brimob, dibombardir GAM, diinjak-injak aparat. Orang ini gak peduli nyawa manusia, dia cuma peduli aparat yang loyal jadi anjing penjaga kekuasaan dia. Watak penjahat HAM memang gak bisa ditutupin.

Gak perlu jadi expert buat tahu semua ini rekayasa polisi. Tahun 2025 masih bawa-bawa lambang PKI aja udah aneh. Dari "hantu" anarko, sekarang mau hidupin "hantu" komunis. Bukti kekuasaan yang semakin desperate buat mengontrol situasi dan narasi.

RT @NarasiNewsroom: Ternyata yang menjarah di semua titik bukan warga sekitar ya hmm🤔

"silakan sampaikan aspirasi secara damai. Kami pastikan akan dengar, catat, & ditindaklanjuti.". Bacot!. Kemarin aksi damai gelar tenda, lapak & diskusi buku, pameran lukisan, semua diberangus negara. Rezim gak peduli aksi damai atau nggak, mereka cuma takut kekuasaanya diganggu.

“Ini kamu kalo ga bangun makin parah loh”. Setelah dipukuli, disiksa, diinjak-injak sepatu aparat, digotongnya pun seenak jidat. Kalian gak salah lihat, memang sejahat itu mereka memperlakukan manusia. Para bajingan berseragam ini memang gak kenal kemanusiaan.

Udah jelas kan playbooknya?. Narasi makar & terorisme ini cara rezim buat menciptakan kondisi kedaruratan. Ini justifikasi buat meningkatkan eskalasi kekerasan, represi tentara & polisi bakal lebih brutal lagi. Stay safe dan saling jaga all, sesama warga cuma punya satu sama lain.

Buat yang belum tahu duduk perkara kasusnya:.

Empat tapol West Papua:. - Abraham Goram Gaman (55).- Maksi Sangkek (39).- Piter Robaha (54).- Nikson Mai (56). Dikriminalisasi sewenang-wenang dengan tuduhan makar, sidang dipindah karena alasan mengada-ada soal bencana alam dan keamanan. Jangan lupa bersolidaritas!.

"Mati kau, mati kau!". Gak, kalian gak salah dengar. Jurnalis, profesi yang udah jelas dilindungi secara hukum dan HAM aja disiksa sama polisi kayak gini. Mereka bukan penegak hukum, mereka cuma pembunuh berseragam yang dipersenjatai negara!.

Kalau kalian masih ada yang mikir police brutality itu cuma soal "oknum", tonton aja ini. Instruksi dari atasnya aja jelas; tembak!. Iya, buat institusi bandit bersergam satu ini, nyawa warga gak ada harganya.