𝗕𝗘𝗡𝗖𝗔𝗡𝗔 𝗡𝗔𝗦𝗜𝗢𝗡𝗔𝗟 | 𝗥𝗜 𝟭. ½ 𝗥𝗜 𝟮. ∅ (Kosong) ____ Negara bisa selamat dari bencana, namun yg sulit dimitigasi dan tak bisa dipulihkan adalah; bencana kognitif & keretakan nalar di pucuk kekuasaan. 𝘔𝘢𝘬𝘢, 𝘯𝘦𝘨𝘢𝘳𝘢 𝘵𝘢𝘬 "𝘣𝘪𝘯𝘢𝘴𝘢" 𝘬𝘳𝘯

Ada baiknya seluruh generasi Gen Z berontaklah Klian lakukan perlawanan, Jk tdk ingin penderitaan masa depan klian, yg hny diwarisi Alam kering kerontang krn hutan telah habis tergerus ditebang berganti kebun2 sawit&prtambangan yg hasilnya hny utk perkaya dr iblis2 nan serakah

Ada yg merindukanmu pak @suryapaloh18 @NasDem @Metro_TV

TIDAK bisa ditutup-tutupi

MULUT & AIR LIUR SESKAB MESTINYA DIARAHKAN KE DALAM KABINET, BUKAN DIARAHKAN KE PUBLIK | Dari dapur istana, ke tameng kekuasaan. ( Vide Pasal 1, Pasal 2 Perpres No. 55 Tahun 2020 ttg Sekretariat Kabinet, Perseskab No. 1 Tahun 2020, Perpres No. 148/2024 ) _____________ Ketika

HIPOKRISI | Contradictio in actu "Siang - Malam" TNI menembus medan sulit & terjal utk distribusi logistik, memberikan bantuan kesehatan, pun Satgas Yonzipur memulihkan akses transportasi pasca bencana ekologis di Sumatera, 50 helikopter mengudara, 36.636 personel dikerahkan. |

PROYEK TAIK ! Wajah Konkret Kapitalisme Neofeodal. Alih - alih mencerdaskan bangsa, rakyat yg dlm hal ini peserta didik dipaksa tergantung pada "ilusi kemurahan hati negara", bahkan di waktu libur semester. Para elit proyek rakus anggaran ini, masih saja mencari celah agar

Ini Bener Meriah, Aceh. Memang tak semencekam di medsos. Terus viralkan agar segera menarik perhatian pemerintah pusat

‼️‼️🥀

Ayah mendorong anaknya jadi Bupati utk berkolaborasi? Ada juga di atas sana yg kayak gini 🤭

MEMAHAMI "KEGERAMAN" MENANTU LUHUT BINSAR PANDJAITAN | Jenderal TNI Maruli Simanjuntak • KSAD tampaknya sedang menggeser makna "lamban", krn kritik publik diubah dari soal 'outcome, menjadi soal 'effort prajurit. Publik mengkritik hasil & dampak penanganan bencana ekologis,

LOGIKA ORBA | Masalah negara adalah aib keluarga, tak boleh diumbar ke tetangga. _______________ "Anggota saya tiga orang meninggal........ ....keluarganya habis........" Ini emosional diversion, duka personal dipakai utk ; membendung kritik struktural, mengebiri fungsi

ACOMMANDIA | Terlalu banyak mulut pejabat negara, yg bicara di panggung krisis bencana ekologis Sumatera. Pun, komunikasi publik mereka sangat buruk, tak tentu arah. Negara tampil seperti orkestra tanpa konduktor. Semua alat musik, bunyi dan tak menghasilkan harmoni.

Rakyat terdampak bencana ekologis di Sumatera, menyampaikan penilaiannya dari kubangan lumpur, rumah yg terendam, lisrik padam, bantuan yg lamban, & masih ada yg tak kunjung datang, hingga informasi yg kerap terlambat. Bukan dari ruang konferensi pers, dgn cahaya lampu yg terang

Kerja keras "siang malam" memadamkan api, tak membuat pemerintah layak dipuji, ketika zippo & bahan bakarnya berasal dari kebijakan mereka sendiri. Respon darurat & distribusi bantuan pemerintah, adalah kewajiban konstitusional negara, bukan prestasi moral & politik yg patut

Beliau dokter yang juga merangkap tukang masak. Mengurus yang sakit sampai yg kelaparan. Ia kelelahan, tapi menolak menyerah. Setiap kali merindukan rumah, ia terbayang bgm korban di Tamiang. Namanya Riry Yanti. Ia dokter yang penuh dedikasi di tengah para pengungsi Aceh.

Menyelamatkan @prabowo Dari ‘Musuh Dalam Selimut’ Ada kekuatan besar yang sedang bermain memporak-porandakan kekuatan Prabowo dari dalam. Prabowo harus didorong untuk melepaskan diri secara total dari pengaruh mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kritik ini bukan untuk

Karakter seorang ; "𝗚𝗜𝗚𝗢𝗟𝗢 𝗞𝗢𝗡𝗦𝗧𝗜𝗧𝗨𝗦𝗜" yg berintegritas, adalah; tidak akan pernah menyesali kerusakan yg ia lakukan. . .

BAHKAN, NARASINYA PUN "STUNTING" | Narasinya "terkurung" dlm rentang waktu 12 Maret 1947 - 26 Desember 1991. Seolah - olah sejarah berhenti di era perang dingin, di mana kegagalan domestik ditutupi dgn menciptakan musuh imajiner, sbg "ulah pihak luar". Narasi, "......ada

PRESIDEN SAWIT | TAK PERNAH JADI DANDIM TAK PERNAH JADI DANREM TAK PERNAH JADI PANGDAM ______________________________ Seorang yg tak pernah ditempa di jalur "kewilayahan", tak pernah "membaca" denyut nadi warga desa, tak pernah mencium aroma keringat rakyat kecil, lewat