Dulu (alm.) Bapak merantau ke Jakarta dari daerah di Gorontalo yg kalau search tanya ke Google Maps, Google Maps-nya bakal bertanya balik dg nada marah, "Ini di mana setaaan?" Ya, saking pelosoknya di peta pun gak tercantum. Bapak punya kenangan buruk sama hal ini. (1/15)
57
2K
4K
Replies
Beliau punya adik lelaki kesayangan yg cuma terpaut tiga tahun, sejak kecil mereka selalu berdua. Suatu malam adiknya demam tinggi. Kakek gak di rumah karena jualan ke Kabupaten. Cuma ada Bapak dan Nenek. Adiknya bapak sudah payah gak bisa bangun. (2/15)
1
4
124
Pinjam gerobak tetangga, Bapak yg menarik sementara Nenek membantu mendorong dari belakang. Jangan bayangkan jalan bagus, lumpur persis bubur. Beberapa kali roda terjebak, tapi akhirnya sampai juga di desa yg agak ramai dan di sana ada tenaga medis (bidan). (3/15)
1
4
119
Zaman Orba tenaga medis di pelosok paling canggih ya bidan, bukan dokter. Cuma para bidan ini tetap dipanggil "Ibu Dokter". Tragis setibanya di rumah bidan, adiknya Bapak sudah gak ada. Nenek cerita, Bapak hancur banget ditinggal adik kesayangan. (4/15)
1
5
161
Setahun lebih Bapak gak pernah tidur malam di rumah, beliau tidur di kuburan di samping makam adiknya saking rindunya. Setelahnya Bapak bertekad memboyong keluar semua keluarganya dari kampung halaman ke tempat yg jalannya bagus, punya angkot, dan terpenting ada medis. (5/15)
1
10
221
Bapak gak mau kejadian adiknya terulang lagi. Jawabannya adalah: kota besar. Tujuannya mau ke Ujung Pandang (Makassar). London-nya Indonesia Timur dan ramai komunitas Gorontalo, minimal di perantauan masih ada saudara sedaerah. Inilah yg dibilang nasib. (6/15)
1
8
183
Bapak salah menumpang kapal. Kapal yg dinaiki gak singgah di Ujung Pandang, tapi transit Tanjung Mas (Semarang) dan lanjut ke Tanjung Priok (Jakarta). Mental perantau, profesi apa saja dikerjakan sampai akhirnya lumayan bisa "hidup" di ibu kota. (7/15)
1
4
159
Sederhana, tapi bersahaja. Bapak langsung mengajak semua keluarganya tinggal di Jakarta. Kakek dan Nenek yg peladang melipir ke Pulo Gebang bekerja sama orang mengurus sawah sampai hari tuanya. Hari-hari terakhir Bapak, beliau berpesan gak usah tinggal di kampung. (8/15)
1
9
168
Di sana susah maju dan gak ada apa-apa. Semiskin-miskinnya hidup di kota, jualan tahi ayam pun laku. FYI, Bapak pernah kerja di peternakan yg tugasnya mengumpulkan tahi ayam untuk dijual lagi ke pabrik pupuk UMKM. ๐ Tahun 2004 koridor pertama TJ launching. (9/15)
1
23
266
Ingat banget diajak bolak-balik, pokoknya jangan ke halte ujung supaya tetap bayar Rp2.500,- wkwk. Jadi kalau dah mau sampai Kota, turun di Harmoni. Naik TJ yg balik ke Blok M. Kalau dah mau sampai Blok M, turun di halte dekat Asean. Naik TJ yg balik ke Kota wkwk. (10/15)
2
5
153
Trauma tentang adiknya bikin Bapak melepas kemelekatan dengan kampung halaman. Anak-anaknya tercerabut identitasnya. Kami diajari sebagai "orang Betawi" sebab semua memang lahir dan besar di Jakarta. Bapak gak suka kalau Kakek dan Nenek berbahasa Gorontalo/Manado. (11/15)
2
17
238
FYI, dulu Gorontalo lama menjadi bagian dari Sulawesi Utara sebelum akhirnya menjadi provinsi sendiri pada tahun 2000. Mayoritas warganya bilingual Gorontalo dan Manado sebab saat itu dialek Manado menjadi lingua franca regional. (12/15)
1
10
147
Pokoknya to Betawize something. Harus suka Persija, ornamen ondel-ondel di pintu rumah, setiap sore menyetel rekaman lenong, datang ke pengajian habib, memasak gabus pucung, berbahasa Betawi... pokoknya melakukan hal-hal yg dilakukan orang Betawi pada umumnya. (13/15)
1
11
191
Sebesar itu efek infrastruktur dan transportasi umum. Kalau lagi mengobrol malam, Bapak sering banget bilang, "Andai Bapak ke Jakarta dari dulu, pamanmu masih hidup mungkin, ya. Kalau sakit tinggal ke Persahabatan (nama RS di Rawamangun) pakai Gakin." ๐ (14/15)
3
78
430
Gakin ini semacam program kesehatan untuk orang miskin pas zaman Gubernur Sutiyoso. (15/15)
7
10
258
@Jayagia_ @brigitta_hadid Ya ampun dosanya Suharto ternyata sebesar ini.. Coba waktu masa oil boom Indonesia, pembangunan digaspol nggak Jawasentris (dan duitnya ga ada yg ditilep keluarga Suharto).. ๐ฃ
9
30
216
@Jayagia_ @lfpbatteries Sedih:( tp ceritamu makin nguatin tekadku buat gaakan pernah ninggalin jabodetabek. Aku gak mau anakku nanti tinggal di daerah yg fasilitasnya seadanya, gak mau anakku buta transum:(
0
15
211
@Jayagia_ 10 tahun lalu sempat evakuasi kolega karena kecelakaan kerja, dari Mamasa, Sulbar langsung dirujuk ke Makassar. Kondisi saat itu saja sudah terbayang keterbatasannya. Turut berduka, kak ๐
0
0
8
@Jayagia_ Makin sedih lagi di jaman yg se-modern ini mereka2 malah bangun IKN dari tanah kosong, bukannya memajukan kota2 di tiap provinsi yg udah adaaa
2
16
166
@Jayagia_ Sungguh bagus ceritanya, terimakasih untuk inspirasi & nasihat yg tersirat dari ceritanya. Tidak selamanya kampung halaman menjadi obat rindu, terkadang bisa juga setajam sembilu, sakit sampai tak mau diingat lagi. Sehat-sehat jiwa perantauan. Hidup adalah perjuangan, kata Dewa19
1
5
77
@Jayagia_ Masih relate sama derita masyarakat pelosok, apalagi perbatasan negeri Pernah tinggal di sana dan parah banget mau ke puskesmas aja harus nyebrang sungai, sebelumnya jalanan ancur lumpur. Mobil lapangan juga nyerah ngadepin gituan.
2
5
18
@Jayagia_ @fmuchtaar_ Makasih untuk ceritanya kak, semakin yakin kalo dihari tua gak perlu tinggal di pelosok demi slow living
0
1
23
@Jayagia_ Merasakan sedih dan pahitnya kisah bapak anda. Siapapun pemimpin daerah (pusat juga) yang memperkaya diri dan tidak memperhatikan kondisi rakyatnya semoga Allah balas dengan azab yg pedih.
0
3
13
@Jayagia_ Baru kemarin ngobrol sama suami. Kepikiran kasiannya transmigran di Indonesia. Gak diimbangi sama pemerataan infrastruktur dan fasilitas publik, kadang soal lahan dll pun gak jelas. Gimana org gak pada mau ke kota? Itu pun gak semua kota punya fasilitas kek jkt. ๐ญ
3
1
12
@Jayagia_ @tang__kira Baca tulisan part 1 mau ngakak krn gmapsnya marah. Baca berikutnya ngapa dikasih bawang bombai atuhlahโฆ Anw aku jg rasanya berat kl harus balik kampung walaupun skrg udah ada Rs disana, cm sptnya infrastruktur disana gak maju2
0
0
13
@Jayagia_ @tang__kira Thanks for sharing your story Kak, ikut sedih bacanya :( ini lhooo pentingnya punya pemerintah amanah dana2 yg harusnya dipakai untuk infrastruktur dll beneran sampe ke tiap pelosok indonesia
0
2
7
@Jayagia_ Dulu Suharto keliling indonesia bawa utusan asing ke daerah semacam ini. Akhirnya bantuan mengalir, tapi entah yang betul-betul jadi infrastruktur berapa persen.
0
0
11
@Jayagia_ Bisa jadi salah satu penelitian sosio etnologi ini, perubahan identitas budaya akibat ketidakmerataan pembangunan
1
1
5
@Jayagia_ jalan rusak, ga ada transum, fasilitas kesehatan lumayan jauh jaraknya, itu yg bikin kesel klo tinggal di kampung pelosok
0
1
2
@Jayagia_ Bpk sender mgkn seneng liat gorontalo skrg ๐ญ sy hampir dinas di sana sbg dr.spesialis cm batal krn keburu pandemi dan ingin deket suami aja. Yaa msh jauh lah dr jkt tp gk semenyakitan kisah bpk sender ๐ญ๐ญ๐ญ rs ada byk. ada bekas mall dipake jd rs ainun habibie
0
0
2
@Jayagia_ Ini tuh real. Ibuku merantau dari desa ke kota di Jatim. Yup daerah dengan fenomena horegnya itu. Tapi ibuku merantau sudah dari tahun 90 an. Yang paling aku rasain ketimpangannya dari lagi A7X- Dear God. Lagu itu lahir di tahun 2007 waktu aku masih SD. Cont-
1
0
1
@Jayagia_ Kisah sedih yang sering berulang hingga saat ini adalah kesenjangan transportasi antara dusun dan kota. Ketidakpedulian atau ketidakmampuan pemerintah setempat dalam membangun sekadar infrastruktur jalan di dusun masih menjadi masalah.
0
0
1